TANYA KENAPA :

Saya tahu, diluar sana pasti masih banyak orang-orang yang mungkin saja sedang menghadapi kemelut jiwa dan batin yang sama persis seperti yg pernah saya alami dulu dalam mencari kebenaran sejati.....so, harapan saya, mudah-mudahan teman-teman dapat terpuaskan melalui Blog ini, karena saya tau semua yang ada disini pasti akan menjawab semua pertanyaan dan dilema hati kamu..

STOP SEARCHING, karena..semua-semuanya sudah di rangkum komplit disini...

Dan Percayalah...bahwa hanya TUHAN JESUS lah satu-satunya jalan kebenaran dan jalan yang lurus

Tuesday, November 6, 2007

MEMAHAMI KESALAHPAHAMAN MENJAWAB PERTANYAAN "KAUM MUSLIM"

SEBUAH PEDOMAN KILAT
Oleh Yahya Mansyur, M. Th.
dikutib dari
http://lead.sabda.org/_htm/jawaban_kebenaran.htm

1.Kesalahpahaman:
Ajaran Trinitas adalah ajaran yang berAllahkan tiga

Demikian pendapatnya kaum muslim dikarenakan:
Pesan dari Al-Qur'an yang hendak meluruskan ajaran yang konon adalah ajaran kaum Nasrani, antara lain:

"Katakan: Allah itu Esa. . . Tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan tiada seorangpun yang serupa dengan Dia." (Al Ikhlas [112] 1-4). Mempertahankan paham Tauhid!

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah ialah yang ketiga dari tiga." (Al Maidah [5] 73). Melawan Syirik.

"Bagaimana Tuhan sampai mempunyai anak, sedangkan Dia tidak mempuyai isteri." (Al Maidah [5] 116). Menggambarkan ajaran Trinitas.

Uraian kaum Nasrani sendiri yang kadang-kadang kacau, antara lain rumus yang berbunyi: a) Allah Bapa; b) Allah Anak; c) Allah Roh Kudus.

Kalau rumus seperti itu didengar oleh saudara sepupu kita maka terbawalah mereka kepada kesimpulan ajaran Trinitas adalah syirik hukumannya!
Jawaban: Pertama, silahkan menyetujui ayat-ayat Al-Qur'an di atas tadi. Katakan saja, barangsiapa yang pegang pada ajaran seperti itu adalah musyrik (penganut ajaran syirik).

Sebagai uraian tambahan tegaskan:

Ajaran Trinitas tidak seperti yang digambarkan di dalam Al Qur'an (!).
Ajaran Trinitas tidak bertentangan dengan Tauhid karena Alkitab menegaskan Allah itu ESA (ajaran nabi Musa-Ul. 6:4; ajaran Isa Al-Masih-Mk. 12:29-30; ajaran Paulus [1 Tim. 1:17; 2:5]).
Rentetan Bapa, Anak (Firman) dan Roh Kudus (Mat. 28:19) bukanlah menurut angka (tiga Allah) melainkan menurut tiga cara beradanya Allah yang Esa. Rumus yang benar untuk

Tauhid Kristen adalah sebagai berikut:
Allah sang pencipta, Al khalik, berkuasa untuk menciptakan, yang disebut Bapa
(Kej. 1:1; Mat. 11:25);
Allah yang sama dan bukan yang lain ialah Allah yang berkuasa untuk berFirman, atau Isa Al Masih (Kej. 1:3; Yoh. 1:14);
Allah yang sama dan bukan yang lain berkuasa memberi taufik dan hidayat yang disebut Rohul Kudus (Kej. 1:2; Yoh. 14:16; 16:7-13).

2. Kesalahpahaman:
Nabi Isa bukan Allah dan bukan Anak Allah

Pengertian di atas tadi berdasarkan ayat-ayat di dalam Al-Qur'an seperti: Al Maidah (5) 72: "Kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah itu ialah Almasih Anak Maryam."; Al Ikhlas (112) 3 bahwa Allah: "Tiada beranak dan tiada di peranakkan." Karenanya, saudara sepupu kita berpikir bahwa ajaran kaum Nasrani meninggikan nabi Isa dan menjadikannya Tuhan, menjijikan Nama Allah karena mengajarkan bahwa Allah itu beranak (maksudnya, Allah + Maryam = Isa Almasih (!). Bndg QS 5:116).

Jawaban:
Pertama, sadarilah bahwa surat Al Maidah 72 tadi salah paham tentang ajaran Injil. Kaum Nasrani tidak percaya bahwa kemanusiaan Isa (tubuh dan jiwanya) ialah Allah! Sebagai pengganti, kaum Nasrani percaya bahwa Roh Allah yang tidak kelihatan dan Firman Allah yang kekal bersatu dengan manusia Almasih yang kelihatan.

Hal itu dijelaskan di dalam Injil seperti berikut:
"(Isa) menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" Roma 1:3
"(Isa) menurut Roh kekudusan dinyatakan . . . Tuhan" Roma 1:4
" Firman itu adalah Allah" dan "Firman itu menjadi manusia (Isa)" Yoh. 1:1,14
Pada garis besarnya ajaran Injil tadi cocok dengan ajaran Al-Qur'an Surat Annisaa (4) 171:
"Sesungguhnya Almasih Isa Anak Maryam (keturunan Daud) Rasul Allah dan perkataan Allah (Firman-Nya) disampaikan kepada Maryam dan ia Ruh dari Allah."

Jadi adalah salah kalau mengatakan bahwa umat Masehi meninggikan seorang nabi (Isa) dan kemudian "menjadikannya" Tuhan. Salah juga untuk mengatakan kaum Nasrani adalah kafir karena menyamakan kemanusiaan Isa dengan Allah. Malahan sebaliknya Tuhan sendiri turun dan bersatu dengan manusia Isa Al-Masih.

Kedua, mengenai soal gelar "Anak Allah" harus disadari bahwa kaum Masehi menyetujui Surat Al Ikhlas tadi dengan mengakui bahwa Allah tiada beranak dan tiada diperanakkan secara biologis. Bagi kaum Nasrani ajaran seperti itu jijik sekali. Kalau kaum Nasrani memakai gelar "Anak Allah" diartikan secara kiasan atau gelar kehormatan yang menunjukkan kepada hubungan Al-Masih dengan Allah (contoh "anak Bandung", "anak kunci", "anak kalimat").

Catatan:
Seandainya seorang dari saudara sepupu kita ragu tentang ajaran penjelmaan (Allah bersatu dengan Almasih) sebagai contoh, adakan perbandingan dengan Al-Qur'an. Contohnya: sama seperti agama Kristen percaya bahwa Firman Allah yang kekal, yang tidak diciptakan, turun, kemudian menjadi Isa Al Masih, deinikian juga agama Islam percaya bahwa Firman Allah yang kekal, yang tidak diciptakan, turun, kemudian menjadi kitab Al-Qur'an. Di dalam Islam Firman Allah turun menjadi Kitab; di dalam ajaran Masehi Firman Allah turun menjadi manusia (Isa).

Sebagai langkah selanjutnya, tanyakan saja: "Menurut anda, apakah Al-Qur'an Firman Allah yang kekal?" Jawabannya pasti "ya," tentu.

Selanjutnya tanyakan, "tetapi bukankah Al-Qur'an terdiri dari kertas, cetakan huruf, dsb.? Ketika Al-Qur'an dikaji bukankah suara makhluk yang membunyikan ayat-ayat dari Firman kekal itu?" Jawabannya pasti, "ya, memang begitu." Kalau begitu kaum muslim percaya bahwa Firman kekal bersatu dengan sosok yang tidak kekal.

3. Kesalahpahaman:
Isa tidak mati pada kayu salib untuk melunasi dosa manusia.

Demikian pendapat saudara sepupu kita karena menurut mereka penyaliban Isa:
Tidak pernah terjadi:
Surat An Nissaa (4) 157 berbunyi:
"Dan sebenarnya mereka tidak membunuh Isa dan tidak menyalibnya. . . tetapi hanya penglihatan mereka saja. . . (158) Tetapi! Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. . ."

Tidak perlu terjadi: Bagi kaum muslim Isa tidak perlu mati. Untuk apa ia harus mati? Menurut muslim, soal dosa adalah pertanggungjawaban manusia sendiri di hadapan Allah dan bukan urusan pihak ketiga, yaitu Isa.

Tidak boleh terjadi: Bagi Islam menyerahkan seorang nabi yang benar kepada gerombolan orang jahat (yaitu kaum Yahudi yang hendak menyalibkan Isa) tidak pantas dan tidak adil. Sama seperti Allah melindungi Nabi Muhammad sehingga ia berhijrah ke Madina, Ia melindungi Nabi Isa sehingga ia "berhijrah" ke sorga.


Jawaban:

Sekalipun bunyinya An Nissaa 157, ayat 159 berkata: "Dan di antara orang-orang keturunan Kitab itu ada yang percaya kepada 'Isa sebelum matinya."
Apakah artinya, "sebelum matinya"
kalau Isa tidak mati pada kayu salib? Lagipula ada tiga ayat di dalam Al- Qur'an yang mengatakan Isa mati (diwafatkan) Ali 'Imran (3) 55; Al Maidah (5) 117,' Maryam (19) 15, 33.

Tanyakan saja kepada kaum muslim, kapan dan bagaimanakah Al Masih diwafatkan? Jangan lupa untuk menunjukkan bahwa di antara para penafsir Islam sendiri terdapat silang pendapat tentang wafatnya Nabi Isa.

Mengenai soal "tidak perlu" terjadi penyaliban, tunjukkan ajaran Islam sendiri yang mengakui dahsyatnya, besarnya, luasnya dan dalamnya hal dosa itu.

An-Nahl (QS 16) 61 mengajarkan, kalau semua orang dihukum setimpal dosanya, maka niscaya tidak dapat luput satupun manusia dari neraka
(bndg. Maz. 14:1-3; Rom. 3:23).

Al A'Raaf (QS 7) 16-18. Iblis mengatakan, ia akan menyelewengkan dan menyesatkan sebagian terbesar dari umat manusia.
Hadis Al Bukhari (Terj. Ing. jilid ke-6 hlm 54; 60, 54, 71), mengatakan bahwa setiap bayi yang lahir dijamah oleh Iblis. Sesaat dijarnah, semua bayi menangis ketika lahirnya. Demikian halnya untuk semua bayi, kecuali Isa dan Maryam.
Kalau demikian dahsyatnya dosa, apakah usaha dan kekuatan manusia cukup untuk luput dari kuasa dosa atas dirinya serta kuasa dan tipu daya Iblis?

Mengenai "tidak boleh" disalib karena tidak menghormati sang nabi, tegaskan bahwa, ketika Almasih disalib, dan kemudian ia bangkit, hal itu justru mendatangkan hormat dan kemuliaan kepada-Nya (Fil. 2:8-10),
serta memalukan Iblis dan merusak kuasanya (Kol. 2:14-15; I Yoh. 3:8).

4. Kesalahpahaman:
Alkitab dipalsukan dan tidak asli.

Masa kini Islam berkeyakinan bahwa Alkitab tidak berwibawa dan tidak asli. Apa yang positif yang dicatat di dalam Al-Qur'an tentang Taurat dan Injil ditujukan kepada kitab-kitab yang sudah hilang. Yang di dalam tangan umat Nasrani sekarang bukanlah Taurat dan Injil yang disanjung di dalam Al-Qur'an.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang dipakai oleh muslim untuk "membuktikan" pendapat ini antara lain termasuk: QS 2:63-121; 3:72; 4:44-48; 7:161-171. Tidak terdapat pula pesan bahwa umat Masehi yang merubah atau memutarbalikkan kitab sucinya. Sebaliknya terlihat banyak ayat yang positif mengenai Taurat dan Zabur yang ada di tangan nabi Muhammad pada bagian pertama abad ke-7:

Kesaksian Al-Qur'an tentang Taurat, Zabur dan Injil:
Allah menurunkannya: QS: 3:3; 4:163; 5:43; 17:55 Disebut sebagai "Kitab Allah" dan di dalamnya berisi pimpinan kebenaran dan cahaya yang terang: QS 5:44,46
Ditegaskan: "Tak seorangpun yang dapat menukar perkataan Allah" (Al An 'Aam [6] 34; bndg Yunus [10] 64).

Menurut konteks An 'Aam (6) 34 tadi, yang tidak dapat ditukarkan ialah wahyu yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad.

Kaum Yahudi dan Kristen diperintah untuk membaca dan patuh kepadanya (QS 5:68);
Kaum Islam juga diperintahkan demikian, secara langsung/tidak langsung: QS 2:136; 3:84; 4:136; 29:46; 42:15

Kalau Al Qur'an dibaca dengan seksama, maka tidak terdapat di dalamnya satu ayatpun yang mengatakan bahwa TEKS Alkitab telah diubah, hilang atau dipalsukan.
Setelah membaca semua ayat itu di dalam Al-Qur'an, Thomas P. Hughes, dalam karangannya, Dictionary of Islam (terbitan th. 1885, lihat hlm 440-448), berkesimpulan:
Ayat-ayat di dalam Al-Qur'an mengenai kitab-kitab suci orang Yahudi dan Kristen adalah amat banyak, dan di dalam setiap ayat Muhammad membicarakan tentang kitab-kitab ini dengan hormat tinggi. Ia mengakui keilhamannya, mengakui adanya kitab-kitab ini di masanya sendiri, dan memakainya untuk mendukung utusannya sendiri.

Kesaksian Alkitab sendiri:
Menurut Paulus di dalam II Timotius 3:16, semua "tulisan" yaitu penulisan Alkitab, diilhamkan (bh. asli theopneustos = dinafaskan oleh Allah) dan ber-manfaat untuk pengajaran dan pengoreksi.

Almasih juga berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa Sang Penghibur (Roh Kudus) akan mengingatkan mereka tentang segala sesuatu yang Ia ajarkan kepada mereka
(Yoh. 14:26).

Menurut rasul Petrus di dalam II Petrus 3:15-16, tulisan Paulus se-derajat dengan "tulisan-tulisan lain" di dalam Alkitab (Taurat, Zabur dan Injil).

Aneka Ragam Kesalahpahaman:
"Injil" Barnabas adalah kebenaran yang sayang, ditolak oleh kaum Nasrani.
"Injil" Barnabas ini yang terdiri dari 222 pasal (sama panjangnya dengan ke-4 Injil), ditemukan pada abad ke-17 kemudian pertama kali diterbitkan oleh dua sarjana Kristen pada tahun 1907. "Injil" Barnabas ini seolah-olah ditulis oleh Barnabas pada abad pertama dan merupakan suatu alternatif kepada hidup Al Masih sebagaimana diriwayatkan di dalam Injil kanonik (resini).

Bagi Islam, sumber ini sangat laris karena terdapat di dalamnya banyak hal yang sesuai dengan ajaran Islam:

Dalam pasal ke-14 dari "Injil" Barnabas itu, Barnabas mengganti Tomas sebagai salah satu dari 12 murid Al Masih (bndg. Mat 10:2-5). Lagi pula, Barnabas mendapat kedudukan khusus, setaraf dengan Petrus, Yohanes dan Yakobus (ps. 100).
Isa juga memberitahu Barnabas bagaimana Ia akan luput dari penyaliban (ps. 112), bahwa Ia bukan anak Allah dan bahwa Yudas akan disalibkan sebagai pengganti-Nya (ps. 117).

Sebagai jawaban singkat, beritahukan kepada muslim bahwa sebenarnya Injil Barnabas tidak sesuai, baik dengan Injil yang benar maupun Al Qur'an sendiri. Misal-nya, di dalam Injil Barnabas diajarkan adanya sembilan langit, sedangkan di dalam Surat Al Baqarah ada hanya tujuh langit. Di dalam Injil Barnabas Isa menyuruh Barnabas untuk mengarang Injil (ps. 221), tetapi menurut Al-Qur'an, Injil diturunkan kepada Isa! Jadi sebaiknya "Injil" Barnabas itu ditolak baik oleh umat Masehi maupun oleh umat Islam sebagai sumber penipuan yang palsu.

Alkitab menubuatkan Kedatangan Muhammad.

Ulangan l8:15,18 (ayat 15) "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa) akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN." (ayat 18) "Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Ku-perintahkan. . .". Menurut Islam, seorang nabi ini yang "sama seperti aku" (Musa) tidak lain dari Nabi Muhammad.

Jawaban:
Bagi Muslim perkataan, "saudara-saudaramu" sangat penting karena diartikan bani Ismael (Ismael adalah saudara Ishak). Jadi mereka berkesim-pulan nabi yang muncul dari saudara-saudara Israel tidak lain dari Nabi Muhammad, keturunan Ismael.

Namun tafsiran mereka ini tidak dapat tahan uji karena tidak memperhatikan kata-kata, "dari tengah-tengahmu". Yang penting untuk diperhatikan ialah identitas dari yang disapa "mu".

Sebenarnya fasal 18 ini ditujukan kepada imam-imam orang dari Lewi, dan merekalah yang disapa "mu" di atas tadi (bndg. 18:1). Jadi "saudara-saudaramu" yaitu saudara-saudara kaum Lewi adalah kaum di "tengah-tengah" orang Lewi itu. Siapakah kaumnya, saudara orang Lewi yang berada di tengah-tengah mereka? Jawabanya ialah 12 suku bani Israel dan bukan saudara-saudara mereka di Arabia, yaitu keturunan Ismael.

Kalau begitu, siapakah Nabi ini yang sama seperti Nabi Musa?
Menurut Petrus, se-orang murid Isa Al Masih, orang ini tidak lain dari Almasih sendiri (Baca Kisah Para Rasul 3:17-26).

Yohanes 14:16; 26. 15:26 (14:26) "Tetapi Penghibur (bh. asli parakletos), yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku. Dialah yang akan meng-ajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kaum akan semua yang telah Ku-katakan kepadamu."

Ayat ini menjadi favorit dari banyak dai karena kemiripannya kata parakletos (Peng-hibur) dengan kata periklutos (yang terpuji) yang secara kasar agak bisa disamakan dengan kata ahmad atau mahmud di dalam bahasa Arab (bandingkan dengan Al-Qur'an surat 61:6).

Kebetulan, kata ahmad atau mahmud ini ialah kata sanjung untuk menghormati Nabi Muhammad. Karenanya, saudara sepupu kita hendak membaca "periklutos" dan bukan "parakletos" di dalam ketiga ayat di atas tadi. Ya, boleh saja tetapi perhatikan hal-hal berikut:

di dalam naskah-naskah dan gulungan-gulangan kitab Perjanjian Baru, tidak terdapat satu teks pun yang memakai kata "periklutos." Semua memakai "parakletos" yang artinya: penghibur, penasihat atau juru syafaat.

kemiripan kata tidak menjamin arti yang dikehendaki. Contohnya: kata "sandung" mirip dengan "sanjung", kata "selimut" mirip dengan "selamat", kata "doa" mirip dengan kata "dosa" dan banyak sekali lidah orang asing terpeleset di sini, mengatakan, "mari kita berdosa" (!) Dua kata ini parakletos dan periklutos sangat mirip bunyi kata, tetapi arti kata jauh berbeda.

lagi pula, jika Muhammadlah yang dimaksudkan sebagai "parakletos" yang akan datang, bagaimana kita mengerti perkataan Isa di dalam Yohanes 14:26 dan 15:26 di mana Penghibur atau parakletos disamakan dengan Roh Kudus dan Roh Kebenaran?
Pesan Isa Al Masih hanya untuk Bani Israel semata-mata.

Di dalam Surat Ali Imran 49 dicatat bahwa: "Dan dia (Isa) menjadi Rasul untuk anak--anak Israel."

Kemudian Muslim mendukung ajaran ini dengan mengutip dari Matius 15:24: "Jawab Yesus: Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Rupanya maksud Muslim ialah untuk menegaskan bahwa utusan Nabi Muhammad ialah bersifat universal sedangkan utusan Nabi Isa serta berita Injil terbatas hanya untuk Bani Israel. Tetapi pengertian itu keliru sebagaimana akan dilihat di dalam ayat-ayat berikut:

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: Akulah terang dunia.
(Yoh. 8:12)

Kamu (murid-murid Isa) adalah terang dunia. . . (Mat. 5:14)

Kamu (murid-murid Isa) adalah garam dunia. . . (Mat. 5:13)

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba--domba itu harus Ku-tuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku. . . (Yoh. 10:16).

Karena itu pergilah, jadikanlah murid semua bangsa murid-Ku. . . (Mat. 28:19).

Jadi bagaimana ayat-ayat di atas tadi dapat dicocokkan dengan Matius 15:24?

Kita harus mengertinya sama seperti Petrus, murid Isa, mengertinya seperti yang dicatat di dalam Kisah Para Rasul 3:26.

Kepada orang-orang Yahudi Petrus menguraikan:

"Bagi kamulah (kaum Yahudi) pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu. . ." (Kis. 3:26).

Jadi, pertama-tama Isa hanya datang kepada bani Israel. Ia datang kepada mereka agar mereka taat kepada rancangan Allah dan menjadi berkat kepada semua bangsa
(Bndg. Yes. 49:6).

Lalu, setelah Almasih ditolak oleh bani Israil, ia memerintah murid-muridnya untuk melaksanakan amanat Allah itu yang tidak dihiraukan oleh bani Israel itu. Kesimpulan: Almasih diutus untuk menjadi berkat ke semua bangsa!

Lagi pula, bagaimana ayat-ayat berikut dari Al Qur'an sendiri dapat dimengerti:

"Hai Isa! Sesungguhnya Aku akan mematikanmu dan meninggikan derajatmu kepada-Ku dan membersihkanmu dari (tuduhan) orang-orang yang tidak ber-iman; menjadikan pengikut-pengikutmu lebih tinggi dari orang-orang yang tidak beriman sampai hari kiamat . . ." (Ali Imran 55, lihat juga Maryam 21).

Kalau pesan Isa hanya untuk bani Israel bagaimana pengikut-pengikutnya dijadikan begitu tinggi sampai hari kiamat itu?

Lagi pula di dalam Surat Maryam (19) ayat 21 kelahiran Nabi Isa digambarkan sebagai peristiwa yang hebat:

". . . dan peristiwa itu (kelahiran Isa) hendak Kami (Allah) jadikan keterangan bagi manusia dan rahmat dari Kami, dan suatu perkara yang telah diputuskan."

Kalau peristiwa itu dimaksudkan untuk menjadi "keterangan bagi manusia" (semua kaum dan bangsa) bagaimana Almasih hanya diutus ke bani Israel saja?

3 comments:

jafaslash said...

PENGANTAR PENTERJEMAH

Buku yang di tangan pembaca ini punya latar belakang sejarah yang penting, tukar pikiran tentang Al-masih a.s. yang jarang terjadi. “Debat Kairo”, tukar pikiran yang terjadi di Mesir antara Maulvi Abul Ata Jalandhari, Mubaligh Ahmadiyah di Timur Tengah waktu itu dan tiga orang pendeta Kristen. Umat Islam menghormati dan memuliakan Almasih tetapi berbeda pendapat tentang misi dan pribadinya sendiri. Terdapat tiga masalah dasar yang tidak dibenarkan oleh Al-Qur’an, dianut orang-orang Kristen. Tiga masalah dasar itu yang didiskusikan oleh kedua belah pihak.
Diskusi telah terjadi dalam bahasa Arab. Maulvi Abul Ata Jalandhari menawarkan pendiriannya secara terbuka, namun belum ada yang tampil membantah isi buku ini sampai sekarang.
Buku ini telah tersiar dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Urdu, berbagai bahasa Afrika dan lain-lain. Kami merasa ada baiknya buku ini dibaca oleh orang yang berbahasa Indonesia. Kami terjemahkan dari bahasa Urdu. Keterangan dari Bibel diambil dari Alkitab, terbitan Lembaga Alkitab, Indonesia, Jakarta, 1991. Mudah-mudahan isi buku kecil ini bermanfaat bagi peminat dan pencari kebenaran, amin.

Jakarta, 25-11-1991.
Penterjemah


--------------------------------------------------------------------------------


PRAKATA

Saya memperoleh kesempatan dan kehormatan bertugas sebagai Mubaligh Islam di negeri-negeri Arab dari Tahun 1931 sampai tahun 1936. Yang terpenting dari tugas seorang Mubaligh Ahmadiyah di negeri Arab ada dua: Membela Islam dari serangan gencar misionaris-misionar is Kristen dan menghidupkan kembali semangat sejati Islam di tengah kaum muslimin. Selama bertugas di sana saya melakukan perlawanan keras terhadap kegiatan-kegiatan misionaris-misionar is itu di Palestina, Syria, Lebanon, dan Mesir. Saya memberikan jawaban-jawaban jitu terhadap tuduhan-tuduhan mereka dengan berbagai cara seperti ceramah dan selebaran-selebaran lalu menerbitkan majalah bulanan bernama “AL-BUSYRA” dalam bahasa Arab, yang dengan karunia Allah terbit secara teratur, sejak itu sampai sekarang di Palestina.
Pusat misi Ahmadiyah yang tetap, ada di Jabal al-Karmal, Haifa, dari tempat itu saya mengadakan perjalanan dakwah keliling ke berbagai negara Arab. Tahun 1933 saya berada di Mesir. Di sini, di kota Kairo, terjadi tukar pikiran mengenai masalah-masalah keagamaan, yang laporannya saya paparkan dalam buku kecil ini dan saya persembahkan kepada para pembaca.
Mula-mula saya terbitkan segala yang terjadi dalam tukar pikiran itu dalam majalah bahasa Arab tersebut di atas, disertai tantangan yang ditujukan kepada semua misionaris Kristen. Tetapi, tidak seorang pun dari antara mereka yang berada di tanah Arab tampil dan menerima tentangan itu. Tahun 1933 itu juga topik ini diterbitkan oleh “Review of Religion” edisi bahasa Urdu yang terbit di Qadian, India, dengan memberikan tantangan yang berulang-ulang, tetapi tak seorang pun juru dakwah Kristen di India yang berani tampil dan menerima tantangan itu.
Di Pakistan dewasa ini orang-orang Kristen telah melipatgandakan usaha untuk membuat orang Islam menjadi Kristen. Maka, demi memenuhi kebutuhan orang-orang Islam di negeri ini kami menerbitkan lagi dalam bentuk buku dalam bahasa Urdu, demi memudahkan orang Islam menghadapi argumen orang Kristen dengan sebaik-baiknya. Silakan orang-orang Islam memanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya dalil-dalil ini dan memberikan tantangan kepada orang-orang Kristen. Percayalah, tak ada orang Kristen yang mampu menerima tantangan ini.
Sekarang, bersamaan dengan anjuran yang tepat dari Ibu Ketua Lajnah Imaillah Pusat, kami menerbitkan dalam bahasa Inggris. Seraya mengucapkan terima kasih kepada Sayid Kamal Yusuf, H. A., Mubaligh Ahmadiyah di Skandinavia, salah seorang murid saya yang patut dihormati yang telah menterjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris, dan juga kepada Prof. Qazi Muhammad Aslam dari Universitas Punjab di Lahore yang bermurah hati memeriksa naskah terjemah buku ini dan mencatat berbagai perbaikan yang perlu.

Rabwah, 11 Desember 1963.
Abul Ata Jalandhari


--------------------------------------------------------------------------------


MENUJU PERDEBATAN

Dalam bulan Januari sampai Maret 1933 saya berada di Kairo. Saya kunjungi beberapa pendeta untuk tabligh Islam. Dr. Philips, seorang bangsa Amerika, yang pada waktu itu kepala misi di Kairo, menarik perhatian saya. Dia seorang Kristen yang sangat kuat dalam membela akidahnya.
Sejak mula percakapan dia memberikan tekanan-tekanan terhadap masalah penebusan dosa. Dia menegaskan bahwa tanpa mempercayai penebusan dosa dan kematian atas salib, tak ada jalan bagi manusia untuk membebaskan diri dari dosa. Saya menegaskan bahwa pengakuan ini tidak punya dasar karena tidak didukung oleh bukti-bukti dari kitab agama atau alasan-alasan yang masuk akal. Lagi pula tidak ada hubungan antara kematian Almasih diatas salib dengan keselamatan manusia (najat). Karena itu, kepercayaan Anda ini tidak dapat dipertahankan.
Dr. Philips tidak bersedia menerima kebenaran secepat itu, malahan menekankan lebih jauh dengan gigih bahwa tidak ada seorang manusia pun dari keturunan Adam yang tidak berdosa, kecuali Yesus, anak Tuhan. Dia, dengan kematian di atas salib, telah menebus dosa kita.
Akidah ini merupakan masalah yang membedakan antara Islam dan Kristen. Akhirnya, didapat kata sepakat antara Dr. Philip dan saya untuk mengadakan tukar pikiran tentang tiga soal:
Apakah, kecuali Yesus Almasih, ada orang yang tidak berdosa?
Apakah Yesus Almasih itu Tuhan hakiki?
Benarkah Almasih mati di atas salib?
Dr. Philips menghendaki supaya tukar pikiran itu dilakukan menurut Bible. Dalil atau keterangan-keterang an lain yang diambil dari luar Bible akan ditolak. Syarat ini saya terima dengan baik. Sebab, bahkan Bibel dalam kondisinya yang sekarang pun cukup mendukung pendirian kita, meskipun sudah mengalami interpolasi (penyisipan) dan pemutarbalikan. Penelitian-peneliti an ilmuwan sepakat bahwa Bibel mengalami perubahan-perubahan .
Kesepakatan antara kedua belah pihak telah dicapai. Lalu berlangsunglah tukar pikiran dalam suasana aman tentram kira-kira satu minggu untuk membahas tiap-tiap masalah. Hasil dari tukar pikiran tersebut ialah, akidah Kristen terbantah dengan telak dan kebenaran akidah Islam terbukti.
Teman-teman meminta kepada saya agar mereka diizinkan menerbitkan ringkasan tukar pikiran itu supaya orang awam juga dapat mengetahui betapa lemahnya dalil-dalil Kristen yang dibantah oleh kitab-kitab ilhami yang dipercayai oleh mereka sendiri.
Saya terima baik usul itu dan sekarang saya akan mengemukakan laporan secara singkat mengenai proses tukar pikiran itu. Tukar pikiran yang sebenarnya berlangsung sesuai dengan batas-batas waktu yang ditentukan.
Perlu saya diutarakan bahwa Dr. Philips bersikap ragu-ragu dan dengan susah payah memberi jawaban. Mereka yang mengikuti tukar pikiran kami akan jadi saksi. Bahkan rasa kalah dan menyerah tampak jelas pada Dr. Philips dan air muka teman-temannya tak dapat menyembunyikan perasaan itu.
Kalau ada yang meragukan apa yang saya kemukakan, dipersilahkan membaca ringkasan jalannya perdebatan itu dengan cermat. Kalau ada yang merasa sanggup membantah dalil-dalil ini, ada kewajiban baginya. Biarlah dia tampil di depan dan membuktikan kebenarannya.

jafaslash said...

APAKAH ADA MANUSIA YG TIDAK BERDOSA SELAIN YESUS

Di dalam ajaran Kristen, akidah ini sangat penting. Kepercayaan penebusan dosa mereka bentuk begitu rupa, seolah-olah semua manusia berdosa. Oleh karena semuanya berdosa dan seorang pun tidak ada yang bebas dari dosa, maka sangat diperlukan seorang penebus dosa dan juru selamat. Dia harus bersih dari dosa itu.
Karena semua manusia secara turun menurun sudah bergelimang dalam dosa, maka di antara mereka tak ada seorang pun yang dapat menjadi penebus dosa. Namun, Yesus adalah Tuhan. Dia menjelma dalam bentuk jasad seorang manusia. Karenanya, dia tidak punya dosa. Selanjutnya hanya dialah yang dapat mengganti kerugian manusia dan menawarkan jadi penebus dosa.
Sekarang, kalau kita dapat membuktikan bahwa manusia atau manusia-manusia telah menjalani hidup yang bersih dan bebas dari dosa, maka pandangan agama Kristen itu berarti gugur. Ajaran penebusan dosa akan menjadi berantakan.
Orang-orang Kristen yang menganut akidah penebusan dosa, tak seorang pun yang percaya bahwa para nabi itu adalah orang-orang bersih dari perbuatan dosa. Dr. Philips sendiri bersikeras mengatakan bahwa tak ada kemungkinan ada manusia yang tidak berdosa.
Berkenaan dengan masalah penebusan dosa ini terjadi dua kali perdebatan antara saya dan Dr. Philips. Dalam perdebatan pertama dokter itu membisu seribu bahasa oleh keterangan-keterang an yang saya kemukakan. Lalu beliau meminta waktu cukup lama untuk mengadakan persiapan untuk menjawab. Itu pun dengan syarat saya harus memberikan catatan-catatan dan rujukan-rujukan (referensi-referens i) saya. Saya penuhi permintaan beliau dengan senang hati agar beliau tidak mencari alasan atau dalih. Dr. Philips dibiarkan berpikir dan mempersiapkan jawaban dalam waktu lima belas hari. Namun, tatkala perdebatan kedua diadakan, Dr. Philips lebih-lebih terpukul. Adapun dalil-dalil yang saya kemukakan, secara ringkas sebagai berikut.
Dari Perjanjian Baru secara jelas dapat kita ketahui bahwa hamba-hamba Tuhan itu terbagi ke dalam dua macam yang jahat dan ada yang baik. Orang yang mengatakan semua manusia itu berdosa, berarti dia mendustakan keterangan-keterang an Perjanjian Baru yang jelas tersebut. Injil mengatakan:
“Sebab aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya” (Matius 13:17).
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Matius 5:45).
“Seperti yang telah difirmankan- Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabiNya yang kudus” (Lukas 1:70).
“Sebab tidak pernah nubuwat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah” (Surat Petrus Yang Kedua 1:21).
“Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar” (Lukas 13:28).
“Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (Surat Yohanes Yang Pertama 5:18).
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga ………. Sebab demikian juga yang teraniaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:10-12).

Pertama:
Ayat-ayat di atas secara gamblang mengungkapkan bahwa para nabi itu suci, tak berdosa. Mereka telah diciptakan oleh Allah dan adalah penghuni KerajaanNya. Syaitan tidak pernah menyentuh mereka. Mereka dianiaya demi mempertahankan ketakwaan mereka. Adalah jelas, orang yang mencapai martabat rohani seperti itu tidak mungkin berbuat dosa. Syaitan juga tak pernah mampu mengungguli mereka. Bagaimanapun juga, orang yang suka bertengkar sekalipun, dengan adanya keterangan ayat-ayat ini, akan mengakui bahwa di kalangan Bani Adam (manusia keturunan Adam) terdapat orang-orang yang berdosa dan jahat dan ada pula orang-orang yang saleh. Tidak seluruhnya jahat dan berbuat dosa. Sekalinya kita menerima kebenaran ini, maka akidah Kristen menjadi batal dan bangunan anggun Penebusan Dosa menjadi berantakan.
Kedua:
Allah Swt. menjadikan dan mengutuskan para nabi sebagai teladan dan panutan yang terbaik. Mereka datang memberi pelajaran kepada manusia lewat imbauan. Dikatakan;….Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabarMu terhadap mereka. Dengan RohMu Engkau memperingatkan mereka” (Nehemia 9:30).
Sekarang, sekiranya nabi sendiri terlibat dalam perbuatan jahat, bagaimana mungkin mereka dapat menjadi teladan dan contoh untuk orang-orang lain dan menjadi pengawas mereka? Jelas, apabila para nabi dikatakan berdosa, hal demikian berarti nubuwatan-nubuwatan mereka dusta; dan ini jelas tidak benar dan akidah bahwa semua nabi berdosa juga batal (gugur).
Ketiga:
Kitab Suci Bibel menjadi saksi bahwa banyak sekali orang saleh dan suci telah berlalu. Mereka sepanjang hidupnya tunduk kepada Allah dan taat kepada perintah-perintah- Nya. Mereka tidak pernah membangkang. Saya akan menyebutkan beberapa di antara orang-orang suci itu:

1. Yohanes (Yahya) Pembaptis dikatakan oleh Bibel sebagai orang suci dan berakhlak yang tak bernoda. Coba baca ayat-ayat berikut:
“Sebelum ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15).
“Tangan Tuhan menyertai dia” (Lukas 1:66).
“Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel” (Lukas 1: 80).
“Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melingunginya” (Markus 6:20).
“Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis’” (Markus1:4).
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripadanya’” ( Matius 11:11)
“Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: ‘Ia kerasukan setan’. Kemudian anak mereka berkata: ‘Manusia datang. Ia makan dan minum, dan mereka berkata: ‘Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum. Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya’” (Matius 11: 18).
“Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakaria, di padang gurun” (Lukas 3:2).
Dari ayat-ayat ini terbukti bahwa Yohanes (Yahya) adalah seorang suci dan bersih dari dosa. Ia seorang yang menerima wahyu Tuhan. Tangan Tuhan di atas tangannya dan dia sejak di dalam rahim ibunya sudah dipenuhi oleh Roh Kudus. Lagi pula dia pembaptis orang-orang yang berdosa untuk bertobat dan untuk menyelamatkan manusia yang penuh dosa. Dia terbesar dari antara orang-orang yang dilahirkan dari rahim perempuan. Mungkinkah insan seperti ini orang berdosa? Saya berpendapat tak akan ada orang Kristen yang berakal akan menetapkan Yohanes atau Yahya orang berdosa, terutama setelah terbukti bahwa Isa Almasih dibaptis secara khusus oleh Yohanes sendiri. Saya menyampaikan tantangan kepada semua orang Kristen untuk membuktikan berdasarkan Bibel bahwa Yohanes itu berdosa.
2. Habel anak Adam. Habel juga seorang suci dan benar dalam tiap perbuatannya. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Dalam Perjanjian Baru dikatakan:
“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah” (Matius 23:55).
“Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik itu dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4).
“Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya dia membunuh? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (Yohanes 3:12).

3. Daniel a.s.: Menurut Bibel Nabi Daniel juga tidak berdosa. Malahan, sebaliknya dari itu, kebersihannya dari dosa didiukung oleh adanya kesaksian-kesaksian . Di dalam Bibel dikatakan tentang Daniel:
a. “Pada akhirnya Daniel datang menghadapku, yakni Daniel yang dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh dengan roh para dewa yang kudus” (Daniel 4:8).
b. “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya” (Daniel 6:4).

jafaslash said...

MASALAH KETUHANAN ALMASIH

Tukar pikiran ini berlangsung di tempat Dr. Philips, sebuah gedung yang luas American mission. Kami berbahas selama dua jam lebih. Sebelum saya menguraikan dalil-dalil yang saya kemukakan dalam perdebatan ini, ketika satu dalil pun tak dapat dibantah oleh Dr. Philips, baiklah lebih dulu akan saya utarakan ringkasan pembicaraan yang terjadi di antara kami.
Kristen: Almasih adalah Tuhan dan Anak Allah karena dia dilahirkan tanpa bapak.
Ahmadi: Hadhrat Adam dilahirkan tanpa ibu dan bapak. Apakah ini berarti dia lebih besar, baik dari Tuhan sendiri maupun anak-Nya? Begitu pula mengenai Melkisedek, raja Salem, kita baca dalam Bibel: “Ia tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya” (Ibrani 7:3).
Kristen: Dalam Injil, tentang Yesus, banyak sekali disebutkan kata “Anak Tuhan” (Dr. Philips membacakan kutipan-kutipan mengenai ini).
Ahmadi: Ayat-ayat ini tidak dapat kita artikan secara harfiah, melainkan harus diartikan sebagai kata-kata kiasan. Ada dua alasan tentang ini:
Yesus sendiri menafsirkan istilah “Anak Tuhan”. Dalam rangka tafsirnya ini tingkat kedudukannya tidak melebihi nabi-nabi lainnya, malahan tampak lebih rendah disbanding dengan beberapa nabi yang lain. Dikatakan: “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapaku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melemparkan Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan, masihkah kamu berkata kepada Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:30-36). Adalah jelas bahwa orang Yahudi memandang Yesus sebagai seorang manusia yang berbohong karena mengaku dirinya sebagai Tuhan. Sekiranya dia sebenarnya Tuhan, dia tentunya mengaku terus terang bahwa dia memang Tuhan. Namun, dia menjawab bahwa tentang para nabi-nabi dan orang-orang suci di masa lalu dikatakan: Kamu tuhan.” Karena itu apa salahnya kalau dia mengatakan dia “Anak Tuhan” dalam artian, sebagaimana halnya nabi-nabi masa lalu disebut Tuhan. Dalam artian seperti itulah Yesus juga disebut anak tuhan, secara kiasan, bukan harfiah, bukan dalam arti hakiki.
Kata “Anak Tuhan” banyak sekali digunakan oleh Bibel untuk orang-orang lain. Kita cantumkan di sini:
“Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakku, anakKu yang sulung” (Keluaran 4:22).
“Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1).
“Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediamanNya yang kudus” (Mazmur 68:6).
“Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapaNya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya” . (II Samuel 7:13,14).
“Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya” (I Tawarikh 28:6 dan 22:10).
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:19).
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45).
“Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapa, yaitu Dia yang di sorga.” (Matius 23:9).
“Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya” (I Yohanes 5:1).
“Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.” (Lukas 3:38).
“Kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Rasul-Rasul 17:28).
“Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).
“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:14)
“Dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yohanes 11:52)
“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya ia, Anaknya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29)
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16)
“Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Korintus 6:18)
“Anak-anak Allah yang hidup” (Hosea 1:10)
“Aku telah menjadi bapa Israel, Efrain adalah anak sulungKu” (Yeremia 31:9)

Dari kutipan di atas adalah jelas bagaikan terangnya siang bolong bahwa
Bibel menyebutkan kata “Anak” dalam artian kasih dan sayang semata. Dan tidak diragukan bahwa status Hadhrat Almasih atau Yesus adalah seorang nabi yang dikasihi Tuhan.
Kristen: Perjanjian Lama juga dengan jelas mengatakan, bahwa Almasih adalah Tuhan dan Rab (Lord).
Ahmadi: Ini tidak benar. Coba lihat tafsir Injil Matius yang diterbitkan oleh “The Nile Publishing House”, halaman 178, di sana ditulis: “LAM YULIN ‘AN NAFSIHI MAN HUWA WALAM TAKUN NUBUWAAT AL’AHDIL QADIMI MUWADDHIHAH LAHUTAHU JALIYAN.” Artinya: Tentang diri sendiri Almasih tidak mengemukakan siapa, begitu pula nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tidak menunjukkan secara jelas tentang ketuhanannya…’
Kristen: Telah diutarakan oleh Yesaya: “sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu petanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik” (Yesaya 7:14, 15).
Ahmadi: Mari kita andaikan nubuatan ini cocok untuk Almasih. Meskipun demikian tidak membuktikan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan. Tetapi, sebenarnya ialah, nubuatan ini tidak kena kepada Almasih. Sebabnya ialah:
Ibundanya sendiri tak memberikan nama “Imanuel”, melainkan “Yasoo.” Kata ini secara maknawi tidak dapat diterapkan pada Almasih karena arti Imanuel ialah: “Tuhan bersama kita.” Yesus berkata: “Eloi, Eloi. Lama sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34). Jadi jelas, kata Imanuel, dalam kata maupun makna, tidak dapat dikenakan kepada Almasih. Ini hanya cocok untuk Nabi Muhammad s.a.w., secara maknawi kata ini tepat untuknya. Pada saat sangat gawat penuh bahaya, di saat orang gagah berani pun jantungya akan berdebar-debar, Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan dengan penuh keberanian dan keyakinan kepada Abu Bakar Siddiq: “La Tahzan Innalaha Ma’ana (Artinya: jangan khawatir, Dia pasti bersama kita).
Hal ini juga tidak dapat Anda buktikan bahwa Yesus Almasih telah makan dadih susu dan madu. Karena itu tidak layak Anda menyebut sesuatu yang tidak didukung oleh dalil yang kuat.

Kristen: Dalam ayat ini ada kata anak dara dan selain Maryam, bunda Almasih, tak ada anak dara yang melahirkan anak.
Ahmadi: Memang, kami juga beriktikad bahwa Almasih karena Qudrat Illahi yang tak mengenal batas itu dilahirkan tanpa perantaraan bapak. Tetapi, bagaimanapun dalam kitab Yesaya dikatakan, dalam bahasa Ibrani, kata itu tidak diuntukkan bagi anak dara (gadis) saja, melainkan digunakan juga untuk wanita-wanita muda yang bukan gadis lagi atau yang sudah bersuami.
Kristen: Saya mengetahui bahwa orang-orang Ahmadiyah dalam hal ini menggunakan dalil orang-orang Jerman atheis.
Ahmadi: Saya tidak tahu bahwa para ilmuwan dan peneliti Jerman sepaham dengan kami. Apa yang saya katakan ialah didukung oleh bahasa Ibrani. Silahkan periksa kamus Ibrani yang mendukung uraian saya. Selain itu kata tersebut juga terdapat dalam kitab Amsal 30:19, Bibel yang diterjemahkan oleh golongan Anda sendiri ke dalam bahasa Arab “Fataah” (wanita muda).