TANYA KENAPA :

Saya tahu, diluar sana pasti masih banyak orang-orang yang mungkin saja sedang menghadapi kemelut jiwa dan batin yang sama persis seperti yg pernah saya alami dulu dalam mencari kebenaran sejati.....so, harapan saya, mudah-mudahan teman-teman dapat terpuaskan melalui Blog ini, karena saya tau semua yang ada disini pasti akan menjawab semua pertanyaan dan dilema hati kamu..

STOP SEARCHING, karena..semua-semuanya sudah di rangkum komplit disini...

Dan Percayalah...bahwa hanya TUHAN JESUS lah satu-satunya jalan kebenaran dan jalan yang lurus

Wednesday, November 7, 2007

KESELAMATAN YANG PASTI

Ketika kita lahir, Alquran, Alkitab dan kitab kitab lain yang dianggap suci sudah ada, setiap kitab suci mengatakan bahwa dialah yang paling benar diantara kitab kitab yang ada di dunia ini, maka secara otomatis apabila dilahirkan dalam keluarga Islam maka anak tersebut menjadi agama Islam dan percaya kepada Alquran yang dianggap sebagai kebenaran yang dari Allah, begitu juga sebaliknya, tanpa diselidiki dulu apakah benar melalui Kitab itu benar-benar dapat membawa kepada keselamatan yang abadi.

Mari kita buka hati dan menggunakan akal yang jernih apakah memang sudah benar agama yang dianuti oleh orang tua kita sudah benar, atau mereka mempunyai iman yang taklid. Tentunya kita tidak mau dikatakan iman kita adalah iman yang taklid bukan? Tetapi melainkan mempercayai atau beriman kepada sesuatu yang kita mengerti dan memahami apa yang telah diimannya, sehingga tahu betul apa yang akan terjadi setelah meninggalkan dunia yang fana ini.

Pembawa Alquran berkata:
"Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu…"
(QS.46 Al Ahqaaf – bukit bukit pasir – 9)

Injil bersabda:
Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia (Isa Almasih) sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. (Kisah Para Rasul 4 : 12)

oleh karena itu Ia berkata:

"Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Allah di surga) kalau tidak bersama sama dengan Aku" (Yahya 14: 6)

Oleh karena itu setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini ibarat masuk dalam suatu antrian panjang menuju kematian. Ada yang antriannya panjang ada pula yang antriannya pendek. Tetapi sudah menjadi kemestian setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian, setelah itu mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia ini. Di depan pengadilan akhirat mereka satu persatu akan mendapat giliran untuk memberikan jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh Sang Hakim. Dan Sang Hakimlah yang akan memisahakan domba dan kambing dan akan menentukan apakah orang ini mendapatkan rahmatullah atau mendapatkan laknatullah.

Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. 29 Al Ankabuut - labah-labah - 57)

Setiap manusia tentu mendambakan keselamatan yang pasti bagi jiwanya, karena apalah artinya seorang manusia mendapatkan segalanya di dunia ini tetapi jiwanya binasa. Untuk itulah manusia mencoba dengan segala daya dan upayanya agar mendapatkan keselamatan itu, sehingga mereka mencari keselamatan melalui agama, filsafat, dan berbuat baik atau beramal saleh yang dianggap dapat membawanya ke dalam rahmatullah itu.

Dengan demikian mereka mengadakan selamatan selamatan di dalam setiap aspek kehidupan mereka, misalnya apabila hamil mereka akan mengadakan selamatan empat bulan, selamatan tujuh bulan dst. Ini menunjukan mereka mendambakan keselamatan baik dunia maupun akhirat, tetapi dengan cara tersebut dapatkah menjamin manusia masuk surga?

Hai orang orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kamu mendapatkan keuntungan.
(QS. 5 Al Maa-idah – hidangan -35)

Keselamatan adalah nafas yang menghidupkan dari suatu agama, tanpa keselamatan agama itu tidak ada ertinya

5 comments:

jafaslash said...

BENARKAH ALMASIH MATI DISALIB?
(TUKAR PIKIRAN KETIGA)

Masalah ini merupakan salah satu masalah perselisihan penting antara orang Islam dengan orang Kristen. Bila terjadi percakapan mengenai keagamaan dengan seorang gerejawan, biasanya dia memulai dengan mengatakan; Lihatlah, meskipun terdapat permusuhan yang sangat tajam antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tetapi keduanya sepakat bahwa Yesus mati disalib dan dokumen-dokumen Pemerintah Roma juga membuktikannya. Tetapi enam ratus tahun sesudah Almasih di Gurun Sahara Arab muncul satu orang, dan bertentangan dengan pandangan seluruh dunia, dia mengumumkan: Almasih tidak mati atau dibunuh di palang salib. Apakah kata-kata orang ini dapat dipercaya?
Wahai orang-orang beriman, katakanlah, bahwa kata-kata itu adalah benar. Sayang orang yang menentang tidak memahaminya. Memang Rasulullah s.a.w. seorang ummi (buta aksara) meskipun begitu, berbeda dengan kepercayaan semua bangsa dan kaum, beliau membuktikan pernyataannya dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan. Hal ini adalah mukjizatnya yang besar dan merupakan bukti pula atas kebenaran pengakuan beliau itu.
Berkenaan degan kematian Almasih di atas salib, masalah yang penting ini adalah yang menjadi topik tukar pikiran di Kairo pada tanggal 17 Maret 1933 dengan Dr. Philips, untuk masalah itu dia mengadakan persiapan secara khusus. Dalam ajang tukar pikiran ini dia didampingi oleh dua orang pendeta lainnya, yaitu Tuan Kamil Mansoor dan Dr. Elder. Ketiga pendeta tersebut tampil silih berganti. Meskipun begitu mereka gagal dan kecewa di hadapan tidak kurang dari tujuh puluh orang terpelajar dan intelek yang hadir. Begitu lucu pemandangannya ketika Pendeta Kamil Mansoor tak mampu bertahan, berdiri dengan lidah kelu bagaikan terikat, berbicara tak menentu lalu duduk sebelum habis waktu yang ditetapkan untuknya.
Kemudian Dr. Elder berdiri dengan penuh semangat dan berapi-api, tetapi dia pun tercengang lalu terdiam. Lalu bangkit Dr. Philips, namun dia juga sama dengan kawan-kawannya, tak mampu bertahan kecuali mengemukakan beberapa uraian Rasul Paulus. Akhirnya, pihak debater Islamlah yang tegak terus secara tunggal. Allah Taala membantu memenangkan hambaNya, tauhid mengalahkan trinitas secara terbuka. Merupakan pemandangan yang menarik. Mereka yang hadir waktu itu sungguh beruntung. Mereka mendengar dan menyimpan dalam ingatannya. Saat pulang Tuan Kamil Mansoor mengatakan kepada saya, “Sayang, alangkah baiknya sekiranya tuan seorang Kristen, karena tuan mempelajari agama Kristen lebih daripada kami.” Saya jawab: “Bukan Tuan Pendeta, bukan begitu. Saya mempelajari agama Kristen supaya orang seperti Tuan ini dapat saya masukkan ke dalam agama Islam suci. Adalah kewajiban Tuan menerima kesaksian saya dan kembali ke dalam agama benar di sisi Allah, agama Islam.”
Singkatnya, ajang tukar pikiran itu merupakan kemenangan Islam dan kekalahan Kristen secara terbuka dan terang-terangan. Melukiskannya secara penuh sungguh sukar.
Sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dr. Philips adalah tugas saya berbicara hari ini tentang masalah tersebut berdasarkan Bible semata. Meskipun menurut akidah Bibel itu sudah mengalami perubahan-perubahan seperti diketahui oleh Dr. Philips. Adalah akidah orang Kristen bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib menebus dosa mereka.
Keyakinan saya, Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam “Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa “Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.” Demikian pula Allah telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67). Seperti itu pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.
Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:
Pertama: Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi nabi: “Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5). Lalu Taurat mengatakan: “Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23). Almasih jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi menganggapnya pendusta (naudzubillah) . Kalau, umpamanya, kita katakan orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu salib (naudzubillah) . Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah kematian Almasih di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk. Dikatakan: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3;13). Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan Almasih tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan dusta dan mengada-ada. Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Almasih itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas kayu salib itu hanya hikayat belaka.
Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Almasih mengatakan: “Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Almasih ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa, kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.
Ketiga: Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan menjadi sia-sia. Saya mengatakan, memang benar Yesus tidak mati di atas kayu salib dan dakwah Anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya. Allah sendiri menyatakan:
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).”
Jelas Allah mengkehendaki kasih saying, bukan kurban, untuk memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.
Keempat: Dalam Injil Matius dikatakan:
“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:39,40).
Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu” (Yunus 1:17 dan 2:1).
Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya mukjizatnya menjadi sia-sia. Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen: Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuatan Almasih akan genap dan akan terbukti pula mukjizatnya. Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Almasih sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.
Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” (Lukas 22:41-43).
Almasih mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
Keenam: Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:
“Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).
Ini adalah nubuatan dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya. Nubuatan ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:
“Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek” (Amsal 10:27).
Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia diturunkan.
Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut. Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu dia memberitahukan kepada suaminya:
“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).
Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Almasih diselamatkan dari maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.
Kedelapan: Injil Matius menerangkan bahwa Almasih itu gembala Bani Irael.
“Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).
Almasih juga mengatakan:
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15;24).
Ketika Almasih datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”. Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:
“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).
Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia (naudzubillah) . Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di mana-mana.
Kesembilan: Almasih, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius 23:55).
Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi, dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya diutamakannya.
Kesepuluh: Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan adalah kata-kata Almasih tentang penderitaan- penderitaannya. Sebelum kejadian itu terjadi dia mengatakan:
“Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).
“ Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas 17:24,25).
“Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).
Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).
Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut juga sebagai maut. Paulus mengatakan:
“Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31).

jafaslash said...

HAKIKAT KISAH SALIB

Sepuluh dalil tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa Almasih tidak mati di kayu salib. Peristiwa salib sebenarnya ialah orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Almasih. Ia dibawa ke hadapan pengadilan Pemerintah Romawi. Oleh karena penguasa wilayah (gubernur), yaitu Pilatus, melihat Yesus tidak bersalah apa-apa, lalu memutuskan untuk membebaskannya. Kaum Yahudi yang sangat besar pengaruhnya dan kekuatannya terhadap pihak penguasa mengangkat suara yang bernada mengancam:
“Jika engkau membebaskan Dia, engaku bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan kaisar.” (Yohanes 19:12).
Pilatus ketakutan. Dia membuktikan sikap pengecut dan akhirnya menyerah seraya mengatakan:
“Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri” (Matius 27:24).
Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Almasih ke kayu salib. Hari esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu, orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari; hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk mati di kayu salib gaya masa purba itu. Seorang dokter Eropah terkenal, dr. Dermond Robinson, menulis:
“Orang yang disalib masa itu umumnya memerlukan waktu antara dua puluh empat sampai dua puluh delapan jam untuk mati” (Risalah “DAWN”, 16 Mei 1927 dan “Tafsir Injil Yohanes” Cetakan Kairo, halaman 785).
Menurut hukum (syariat) Yahudi seorang terhukum tidak boleh dibiarkan menggantung di tiang salib setelah matahari terbenam. Karena itu orang-orang Yahudi sendiri meminta izin agar Almasih diturunkan dari kayu salib, selepas tiga jam digantung. Lalu dia diturunkan.
Kaki dua orang penyamun (yang disalib bersama Yesus) dipatah-patahkan supaya mati, tetapi kaki Yesus tidak diapa-apakan oleh anak buah Pilatus. Malahan mereka menyatakan dia sudah mati. Pilatus yang telah bersepakat dengan Yusuf Arimatea (murid tersembunyi Yesus) memanggilnya dan menyerahkan Yesus kepadanya. Dengan bantuan Nicodemus, Yusuf Arimatea mengobati luka-luka Yesus dengan obat-obatan dan rempah-rempah yang sudah diproses sebelumnya hingga akhirnya dia siuman atau sadar kembali. Luka-lukanya diobati dengan ramuan yang disebut “Marham Isa” sampai sekarang yang kita baca dalam buku-buku obat-obatan kuno. Dengan demikian Pilatus berhasil “cuci tangan” (melepas tanggungjawab) demikian rupa hingga tidak saja Yesus diselamatkan dari kematian disalib juga orang-orang Yahudi tidak dapat mengadukan Pilatus kepada Kaisar. Mereka mengira Yesus telah mati lalu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Yesus dan membuat pengakuan bahwa risalah dari Tuhan gagal total. Murid-murid Almasih sendiri melarikan diri lebih dulu, tidak sanggup menghadapi orang-orang Yahudi. Bahkan mereka juga tunduk dan menerima apa juga yang dikatakan orang-orang Yahudi itu. Mereka juga mengatakan Yesus telah mati terbunuh di tiang salib. Namun, dia berhasil bangkit dari tengah orang-orang mati dan sekarang hidup. Untuk menyembunyikan kelemahan mereka dan karena tidak dapat membuktikan bahwa Yesus masih hidup, mereka mulai mengatakan dia telah naik ke langit. Mereka mengakui Yesus yang bersih dan tak bersalah itu mati terkutuk. Ini semata-mata dikarenakan kelemahan iman orang-orang Kristen permulaan dan kepolosan mereka yang terkenal itu. Boleh jadi khayalan Yesus naik ke langit itu diciptakan seseorang yang cerdik untuk mengalihkan perhatian orang-orang Yahudi dan ini kemudian dijadikan sebagai akidah.
Singkatnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tetap dalam keadaan ini hingga Nabi Muhammad s.a.w. datang dengan bantuan Roh Suci membawa kebenaran ke dunia. Dengan keberkatan wahyu Illahi beliau mengusir awan kejahilan. Beliau membersihkan Almasih dari kutukan Yahudi dan Kristen secara terbuka dan menyatakan:
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qur’an 4:157, 158).
Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan menggenapi nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka mati. Bibel sendiri mengatakan:
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe” (kisah Para Rasul 14:19-20).

jafaslash said...

MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB
(1/1)
Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil penelitian terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh karena itu keterangan-keterang an yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.
Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri. Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar. Perkara ini sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi sesuai dengan kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu terkutuk. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadil an di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur.
Sekarang saya kemukakan pertentangan- pertentangan itu sebagai berikut:
Pertama: Siapa yang memanggul salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah? Markus menulis:
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus 15:21-22).
Lukas menulis:
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).
Matius menulis:
“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).
Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan ketiga keterangan di atas, dia menulis:
“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:16).
Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?
Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34).
Markus menulis:
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia menolaknya.” (Markus 15:23).
Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya. Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”. Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak menyebutkan peristiwa itu sama sekali.
Ketiga: Cerita cuka di kayu salib.
Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.
Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes 19:28-30).
Markus mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia” (Markus 15:34-36).
Matius mengatakan:
“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).
Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”. Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”. Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang mengatakannya.
Keempat: Kapan Almasih dipantek di kayu salib?
Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16).
Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan sesudah pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.
“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).
Dalam Injil bahasa Arab di sini kata-kata itu bunyinya adalah:
{Tulisan arab}
Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.” Jadi, seorang saksi mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul tiga. Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?
Kelima: Apakah kedua-dua penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu?
Matius mengatakan:
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga” (Matius 24:44).
Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.” (Markus 15:32).
Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:
“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40).
Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu Yohanes, diam sama sekali.
Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu?
Yohanes mengatakan:
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).
Lukas mengatakan:
“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23;49).
Markus mengatakan:
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus 15:40).
Matius mengatakan:
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).
Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes, lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya, melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterang an ini seperti perbedaan antara langit dan bumi.
Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak?
Ketujuh: Apakah saat itu dunia seluruhnya diliputi kegelapan?
Matius menerangkan:
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” (Matius 27:45).
Kata Markus:
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).
Lukas mengatakan:
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).
Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan cerita itu.
Kedelapan: Hakikat seruan Yesus dan cariknya Bait Allah.
Matius mengatakan:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).
Matius mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).
Lukas mengatakan:
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas 23:45-46).
Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan. Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterang an mereka itu benar, maka keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar. Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan keterangan-keterang an yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.

jafaslash said...

PERCAKAPAN BERSAMA TENTANG DALIL-DALIL ITU
(TANYA JAWAB)

Sekarang saya mengemukakan ringkasan percakapan yang terjadi mengenai dalil-dalil ini antara saya dan bapak-bapak pendeta, seperti berikut.
Kristen: Anda katakan Yesus digantung di kayu salib tapi tidak mati. Kalau ini benar, apa arti ayat Qur’an ini (tulisan arab) (Artinya: “Dia tidak dibunuh dan tidak disalib.”) Selain itu kepercayaan Anda ini bertentangan dengan pendapat mayoritas umat Islam yang mempercayai Yesus tidak pernah dinaikkan di kayu salib sama sekali.
Ahmadi: Kita sudah bersepakat bahwa perdebatan ini akan dilangsungkan berdasarkan Bibel. Karena itu, Anda tak berhak mencampur-adukkan materi perdebatan. Harus diingat bahwa arti (tulisan arab) ialah orang-orang Yahudi tak pernah berhasil membunuh Almasih melalui palang salib. Qur’an dan kamus-kamus bahasa mendukung arti tersebut. Di dalam surah Yusuf dikatakan:
(tulisan arab)
Artinya: “Satu di antara kamu akan memberi minum khamar kepada Tuhannya, yang satu ‘lagi akan disalib” (Fa yuslabu).
Dalam ayat ini kata “Fa yuslabu” hanya berarti “dia akan mati di kayu salib”. Dalam kamus “Taj Al-‘Arus” dikatakan:
(tulisan arab).
Artinya: Salib artinya qaji: Dalam “Sehah” dikatakan Arti salib sungsum. Orang yang disalib dinamakan “maslub” karena sungsumnya mengalir, “salb” adalah cara membunuh yang dikenal umum.’ Karena sungsum dan nanah keluar dari tubuh orang yang disalib (Periksa “lane” dan Aqrabul Mawarid”).
Singkatnya, Qur’an membantah kematian Almasih melalui salib atau pembunuhan, dan menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen hanya mengikuti persangkaan belaka. Di mata mereka Almasih dibuat menyerupai orang disalib atau terbunuh. Mereka tidak punya bukti yang meyakinkan bahwa dia terbunuh. Qur’an telah menegaskan bahwa orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Almasih, namun gagal dan hal ini saya telah memberikan bukti-buktinya menurut Bibel. Adapun yang Anda katakan, mayoritas orang Islam memahami pengertian yang berbeda, apakah maksud Anda membangkitkan perasaan orang-orang Islam dari perbedaan pendapat dalam umat Islam untuk menarik suatu keuntungan? Harus diingat, para hadirin di sini bukanlah orang-orang awam yang polos yang tidak mengerti iktikad Anda yang tidak baik. Saya ingin menganjurkan sebaiknya Anda tidak berusaha memasuki pintu ini. Hendaknya menjadi jelas bagi Anda, masalah yang kita bicarakan hari ini adalah: “Apakah Almasih mati disalib?” Umat Islam seluruhnya sepakat meyakini bahwa Almasih tidak mati disalib. Tinggal silang pendapat tentang bagaimana dia selamat dari maut di salib. Ada yang berpengertian dia ditinggikan ke langit dan tangan-tangan orang Yahudi tak menyentuhnya dan tak pernah ke tiang salib dan tidak pula mati. Menurut Qur’an dengan nash-nash yang jelas, Almasih memikul derita di jalan Allah dan orang-orang Yahudi mau membunuhnya, lalu mencoba dengan segala cara yang mungkin ditempuh. Tetapi Almasih tidak mati disalib. Tentang ini telah kami kemukakan butki-bukti yang kuat. Kalau Almasih terbukti tidak mati di kayu salib, hanya sekadar sempat dinaikkan di kayu salib, tidak akan memberi faedah apa-apa kepada umat Kristen. Kepercayaan penebusan dosa dan kematian di kayu salib akan hancur berkeping-keping. Itu merupakan tantangan kepada orang-orang Kristen untuk mencoba mematahkan dalil-dalil yang saya kemukakan itu.
Kristen: Tanda Nabi Yunus dan tanda Almasih keserupaan, keduanya bukan dalam arti hidup dalam perut ikan dan dalam kubur melainkan karena keserupaan tiga hari tiga malam.
Ahmadi: Keserupaan yang Anda akui tidak pula menjadi genap karena Yesus menurut kepercayaan (akidah) Anda Yesus tinggal dalam kubur cuma satu hari, bukan tiga hari dan dua malam; bukan pula tiga malam. Dengan itu tanda Yesus yang unik itu menjadi gugur. Apakah ada kemungkinan bagi seorang Kristen untuk membuktikan bahwa Yesus tinggal dalam kubur selama tiga hari tiga malam?
Kristen: Orang Yahudi juga tidak mengatakan bahwa Yesus dalam keadaan pingsan dan tidak pula terdapat data dalam pemerintah Romawi mengenai kenyataan itu.
Ahmadi: Kalau orang Yahudi mengatakan begitu maka anggapan mereka bahwa Yesus itu pendusta dan terkutuk akan batal. Begitu pula sekiranya Pilatus berterus terang mengatakan Yesus masih hidup, dia berarti menelanjangi diri sendiri dan bisa dituntut sebagai pelaku kejahatan oleh penguasa. Maka tidak aneh kalau pengakuan Yahudi dan keterangan Pilatus tidak bertentangan. Bahkan ini pun hanya dapat dipercaya apabila keterangan-keterang an itu utuh dan terpelihara. Saya tegaskan bahwa keterangan yang berasal dari orang-orang Yahudi tidak dapat dijadikan dalil tentang Yesus. Dapatkan orang berakal sehat menjadikan pernyataan dari seorang musuh sebagai pernyataan resmi terhadap musuh yang lainnya mengenai suatu kenyataan? Apabila Anda mau mempercayai keterangan orang-orang Yahudi, Anda harus mempercayai pengakuan orang-orang Yahudi itu yang mengatakan bahwa murid Yesus telah mencuri mayat Yesus (Matius 28:13-15). Anda juga tahu tentang apa yang dikatakan orang Yahudi mengenai kelahiran Yesus. Maukah Anda mempercayainya?
Kristen: Murid-murid Yesus telah dibunuh dan ditimpa siksaan-siksaan yang paling keras. Apakah mereka mengelabui mata orang dengan mengatakan, Yesus mati disalib lalu hidup kembali?
Ahmadi: Murid-murid itu disiksa karena mempercayai Yesus, ini bukan masalah baru. Semua orang yang beriman masa permulaan dihadapkan pada kesusahan-kesusahan berat yang bisa membuat besi sekali pun meleleh dan membuat hati teriris.
Adapun perihal mereka beriman kepada penyaliban Yesus, itu dikarenakan orang polos dan lugu, seperti yang diutarakan oleh juru tafsir Matius. Karena mereka tidak berada di tempat waktu terjadi peristiwa salib dan mereka orang-orang lemah, maka mereka mmpercayai propaganda orang-orang Yahudi. Tetapi orang-orang cerdik dan pandai seperti Paulus, mereka merancang gambaran dan memberi keterangan lain lagi baru tentang peristiwa penyaliban Yesus.
Kristen: Kalau Yesus dalam keadaan pingsan, bagaimana dia bisa keluar dari kubur, padahal kubur itu ditutup oleh sebuah batu besar?
Ahmadi: Saya tidak mengatakan dia keluar sendiri, melainkan berdasarkan petunjuk, Yusuf Arimatea dan Nikodemus yang mengeluarkannya. Yesus dibuat siuman kembali berkat ramuan rempah-rempah dan kedua orang inilah yang saling membantu dan kerjasama menyukseskan rencana Pilatus. Kuburnya cukup luas, bisa muat empat sampai lima orang. Saya sendiri pernah melihatnya.
Kristen: Orang-orang Yahudi meminta supaya pemerintah menempatkan laskarnya menjaga kubur Yesus. Kalau penjaga juga ada, bagaimana Yesus bisa keluar?
Ahmadi: Orang-orang Yahudi mengajukan permintaan penjagaan kubur sesudah hari Sabtu. Malam dan siang hari Sabtu sudah cukup lama untuk menyelesaikan segala urusan. Dua orang murid Yesus yang setia, atas isyarat dari Pilatus, memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena itulah permintaan orang-orang Yahudi itu segera diterima baik oleh Pilatus. Dengan berpura-pura baik ia kata mereka mempersilahkan mereka pergi dan menjaga sebaik mungkin. Dalam pikiran, dia mentertawakan kebodohan mereka.
Kristen: Dalam Injil disebutkan, Yesus telah bangkit di antara orang mati. Kepala pasukan memberi kesaksian atas kematiannya.
Ahmadi: Tentang kesaksian kepala pasukan banyak sekali pertentangan. Saya baru saja menjelaskan tentang hakikat kesaksiannya itu. Adapun Paulus dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa dia bangkit di tengah-tengah orang mati sekali-kali bukan bukti. Kita memerlukan bukti yang jelas dan berlandaskan fakta-fakta sejarah. Perkataan-perkataan ini ditafsirkan dalam artian “penderitaan keras” seperti dikatakan oleh Paulus bahwa ia “mati setiap hari.”
Kristen: Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya selama empat puluh hari dan memperlihatkannya kepada mereka. Bagaimana Anda dapat menolak kematiannya di kayu salib?
Ahmadi: Kalau Yesus menampakkan diri dalam mimpi mereka, itu tidak dapat dipercaya. Kalau dalam kenyataan, ini membuktikan bahwa memang dia tetap hidup ketika diturunkan dari tiang salib. Apalagi jika Injil itu penuh dengan ketidakkonsekuenan.
Kristen: Kami tidak mengatakan Injil itu seluruhnya, seperti yang ada sekarang, dari Tuhan. Kepercayaan kami ialah, penulis-penulis Injil menulis Injil dalam lingkungan hidup mereka masing-masing dan memperhatikan tujuan masing-masing. Karena itu terdapat pertentangan- pertentangan dalam keterangan-keterang an mereka. Setiap orang di antara mereka memenuhi maksud khusus yang disesuaikan dengan kejadian yang disebutnya.
Ahmadi: Kalau begitu keterangan-keterang an Injil tidak ada yang dapat dipercayai. Mengenai satu kejadian saja begitu banyak pertentangan. Hal itu menunjukkan bukti bahwa cerita-cerita itu tidak murni. Satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi dan menyelesaikan pertentangan ini adalah apa yang saya sampaikan itu. Anda tidak perlu mempercayai kematian Tuhan di kayu salib.
Kristen: Kami tidak mengatakan yang dibunuh itu Tuhan. Yesus disalib selaku seorang manusia.
Ahmadi: Kalau yang dibunuh itu manusia, maka yang menjadi penebus dosa Bani Adam pun adalah manusia juga. Dalam keadaan seperti itu tidak perlu sama sekali Tuhan menjelma selaku manusia, merubah diri menjadi manusia yang amat lemah. Saya menegaskan, hakikat yang sebenarnya adalah, Almasih tidak mati disalib. Dapatkah penulin Injil memberikan kesaksian bahwa dia melihat sendiri Yesus telah mati di tiang salib? Adapun kesaksian Paulus, sedikit pun tidak akan memberi faedah. Dia tidak termasuk murid Yesus, tidak pula menyaksikan kejadian salib itu sendiri. Karena itu, kata-katanya tidak dapat dibenarkan, karena cerita itu kabar angin. Paulus menyimpan satu tujuan dalam keterangannya itu. Dia ingin menanam akidah kematian Yesus di kayu salib sebagai penebusan dosa, kemudian dijadikan alat digunakan sebagai dalil ketuhanan Yesus.
Kristen: Dalam sebuah surat Paulus dikatakan, tanpa penumpahan darah ampunan tidak mungkin tercapai.
Ahmadi: Ini adalah perkataan Paulus. Allah Taala menghendaki, “Bukan kurbanan tetapi kasih saying yang Kukehendaki” (Hosea). Meskipun begitu, kalau kita menerima perkataan Paulus, apa buktinya bahwa Yesus mati disalib. Adalah kewajiban Anda membuktikan bahwa Yesus mati disalib. Sesudah itu harus memberi tafsiran dan penjelasan tentang kematiannya. Saya telah buktikan bahwa berdasarkan Bibel Yesus tidak mati disalib.
Kristen: Kalau Yesus tidak mati disalib, penyebaran ajaran kami (tabligh) berarti sia-sia dan musibah-musibah yang kami pikul tidak berarti apa-apa dan percuma. Apa gunanya kami meninggalkan kampung halaman menjadi penginjil menyebarkan agama Kristen?
Ahmadi: Apapun adanya, tabligh Anda berarti atau tidak punya arti apa-apa, Almasih a.s. sekali-kali tidak mati disalib. Dalil-dalil yang saya kemukakan merupakan bukti yang nyata. Petunjuk Ilahi:

“Dia tidak dibunuh secara pasti” terbukti benar dan mazhab Kristen yang sekarang batal dan palsu. Kata akhir ialah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam!

Unknown said...

Mengomentari Jafaslash: kalau memang Allah menyelamatkan Yesus dari tiang salib, kenapa harus pakai konspirasi Pilatus dan yang lainnya, mengobati Yesus sehingga sembuh setelah diturunkan dari kayu salib, rendah banget kayanya. Jadi gimana di Alquran dibilang digantikan oleh orang lain, disini Anda bilang Yesus tidak mati, jadi sesudah diturunkan diobati, dan disembunyikan/dilarikan. Sampai sekarang orang-orang Yahudi dengan kitab2nya/talmud mereka tahunya Yesus mati sebagai penjahat (terkutuk). Makanya mereka memandang rendah orang kristen. Ada catatan2 pendukung bukan hanya dari Injil saja. Sedangkan yang anda lakukan adalah coba mereka-reka sendiri antara ayat2 yang satu dengan yang lain, mengutip perjanjian lama dan perjanjian baru dan memberikan opini-opini sendiri. Ini berbahaya. Salam.